Tujuan
Setelah mempelajari
materi ini, siswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan secara kronologis peristiwa pertempuran Ambarawa.
2. Mendeskripsikan penyebab-penyebab terjadinya peristiwa pertempuran Ambarawa.
3. Menjelaskan terjadinya peristiwa Pertempuran Ambarawa.
1. Menjelaskan secara kronologis peristiwa pertempuran Ambarawa.
2. Mendeskripsikan penyebab-penyebab terjadinya peristiwa pertempuran Ambarawa.
3. Menjelaskan terjadinya peristiwa Pertempuran Ambarawa.
Persyaratan
Peserta
Marilah
kita simak pertanyaan berikut sebelum kita mempelajari mengenai peristiwa
Pertempuran Ambarawa.
1. Tahukah
Anda mengenai Monumen Palagan Ambarawa?
Deskripsi
Mata Pelajaran
Pertempuran Ambarawa atau
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat
terhadap Sekutu yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah.
Kronologi peristiwa
Pada tanggal 20
Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat
di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang
berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA.
Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa
Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan
keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan
Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk
membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah
dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden
bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di
Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba
melucuti Tentara Keamanan Rakyatdan membuat kekacauan. TKR Resimen
Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbinimembalas tindakan tersebut dengan
mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari
kehancuran berkat campur tangan PresidenSoekarno yang berhasil menenangkan
suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang
menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di
bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka.
Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh
pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang
diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali
dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat
pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa.
Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol.Isdiman berusaha membebaskan
kedua desa tersebut, namun ia gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol.
Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan
seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin
pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada
pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan
pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah
serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir
dari Yogyakarta, Solo, Salatiga,Purwokerto, Magelang, Semarang,
dan lain-lain.
Tanggal 23
November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak
dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di
Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan
Yon.Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat
tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu
pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
Pertempuran di Ambarawa
Pada tanggal 11
Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor
TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi,
serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur
terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran
berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa
dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit.
Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelarsupit
urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar
terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali.
Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15
Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut
Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Kemenangan pertempuran
ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan
diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
0 komentar:
Posting Komentar